Minggu, 20 November 2016

Makalah Bela Diri Karate Gojukai SMA Negeri 1 Watansoppeng

Pandangan Siswa Terhadap Bela Diri Karate
 











Oleh:
Novita                                     Suriadi
Ernawati                                Andi Nurhikmah
Nurul Ilmiah                         Abdi Faturachman


SMA Negeri 1 Watansoppeng
Tahun Pelajaran 2013/2014



Kata Pengantar
       Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pandangan Siswa Terhadap Bela Diri Karate”.
          Makalah ini merupakan suatu materi yang ada dalam bidang studi Bahasa dan Sastra.
          Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Satriani selaku guru bidang studi Bahasa dan Sastra yang telah memberikan tugas Karya Ilmiah ini sehingga penulis dapat memiliki pengetahuan tentang materi pembuatan Karya Ilmiah dan penulis juga dapat mengetahui pandangan siswa terhadap bela diri karate. Tak lupa pula penulis menyampaikan terima kasih kepada teman-teman semua yang telah bersedia memberikan penulis informasi tentang pandangan mereka terhadap bela diri karate. Atas bantuan dan kerja sama dari berbagi pihak makalah ini dapat penulis seleaikan dengan tepat waktu.
          Makalah ini tidaklah sempurna sehingga penulis meminta saran dan kritik dari pembaca sehingga jika penulis mengadakan penelitian lagi makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi.
          Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
                                                                             Soppeng, April 2014

                                                                                     
Penulis


Daftar Isi
Halaman Sampul...................................................................(i)
Kata Pengantar.....................................................................(ii)
Daftar Isi..............................................................................(iii)
Bab 1 Pendahuluan..............................................................(iv)
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
Bab 2 Pembahasan................................................................(v)
A. Landasan Teori
B. Metode Penelitian
C. Hasil Penelitian
Bab 3 Penutup.....................................................................(vi)
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka....................................................................(vii)


Bab 1 PENDAHULUAN
A.           Latar Belakang
Karate merupakan tehnik bela diri dengan menggunakan tangan kosong. Bela diri karate memiliki beberapa aliran, seperti Shotokan, Gojuryu, Shitoryu, Wado-ryu, dan masih banyak lagi. Dalam cabang bela diri karate terdiri dari dua cabang, yaitu Kata dan Kumite. Kata adalah suatu gerakan berpola yang dilakukan oleh satu orang dan dapat pula dilakukan oleh tiga orang, sedangkan Kumite adalah pertarungan yang dilakukan oleh dua orang atau beregu.
          Karate sangatlah banyak manfaatnya selain untuk membela diri karatepun bermanfaat untuk melatih fisik, jasmani, dan rohani kita. Karena didalam karate kita diajarkan tentang filosofi. Dari filosofi tersebut kita dapat belajar tentang cara hidup yang baik dan benar. Apabila seorang karateka menjalani hidup mereka sesuai dengan filosofi maka hidup mereka akan tentram.
          Namun saat ini banyak orang yang beranggapa kalau karate adalah olahraga atau bela diri yang dapat melukai orang lain dan bahkan ada yang beranggapan bahwa karate memiliki unsur kesesatan. Padahal itu tidaklah benar. Karate bukanlah olahraga yag dapat melukai orang bahkan dengan karate kita dapat membela diri kita tanpa melukai orang lain. Karatepun bukanlah bela diri yang  mengandung unsur kesesatan karena energi murni (chi) yang berasal dari dalam diri manusialah yang membuat karate bisa menjadi olahraga yang dapat membuat kita mampu membela diri kita sendiri.
          Jadi dengan mempelajari bela diri karate kita dapat menjaga diri kita sendiri tanpa harus mengandalkan orang lain lagi. Karena saat ini sangat banyaklah unsur kejahatan yang terjadi terutama kepada kaum hawa.




B.            Rumusan Masalah                                 
1.    Apa alasan siswa tidak memilih karate sebagai ekstrakulikuler?
2.    Bagaimana pandangan siswa terhadap bela diri karate?
3.    Bagaimana partisipasi orang tua untuk mendorong anak-anaknya memasuki bela diri karate?
                                       
C.           Tujuan
1.    Mendeskripsikan alasan siswa sehingga tidak memilih karate sebagai ekstrakulikuler.
2.    Mendeskripsikan pandangan siswa terhadap bela diri karate.
3.    Mendeskripsikan partisipasi orang tua untuk mendorong anak-anaknya memasuki bela diri karate.

D.           Manfaat
1.    Memberikan kesadaran kepada siswa akan pentingnya belajar bela diri.
2.    Meluruskan pandangan negatif siswa terhadap bela diri karate.





Bab 2 PEMBAHASAN
A.              Landasan Teori
ͼ Pegertian karate dari artikel Muliadi Haneda
Karate (  ) adalah seni bela diri yang berasal dari Jepang. Seni bela diri karate dibawa masuk ke Jepang lewat Okinawa. Seni bela diri ini pertama kali disebut "Tote” yang berarti seperti “Tangan China”. Waktu karate masuk ke Jepang, nasionalisme Jepang pada saat itu sedang tinggi-tingginya, sehingga Sensei Gichin Funakoshi mengubah kanji Okinawa (Tote: Tangan China) dalam kanji Jepang menjadi ‘karate’ (Tangan Kosong) agar lebih mudah diterima oleh masyarakat Jepang. Karate terdiri dari atas dua kanji. Yang pertama adalah ‘Kara’ 空 dan berarti ‘kosong’. Dan yang kedua, ‘te’ 手, berarti ‘tangan'. Yang dua kanji bersama artinya “tangan kosong” 空手 (pinyin: kongshou).
ͼ Pandangan Maz Khomiarko tentang karate:
Masih banyak orang yang beranggapan bahwa berlatih beladiri sama dengan berlatih kekerasan. Karena disana diajarkan cara memukul, menendang, menyerang, menghindar dan menangkis, yang merupakan gerakan-gerakan umum pada sebuah perkelahian. Sebenarnya tidak salah juga orang beranggapan seperti itu terutama yang belum pernah ikut mencoba mempelajari sebuah beladiri. Namun anggapan tersebut tidak tepat, karena manfaat berlatih beladiri itu banyak sekali.
ͼ Pandangan Maya Amelia tentang karate:
Bela diri, mungkin identik dengan kaum pria, sehingga ada yang beranggapan bahwa bela diri itu keras dan tidak cocok bagi kaum wanita. Sehingga sedikit sekali wanita yang mau mempelajari bela diri, padahal jika kita lihat dari manfaatnya bela diri pun  penting bagi wanita. Mengapa ?, karena sebagian besar tindak kejahatan yang terjadi itu lebih menjadikan wanita sasaran yang empuk dan mudah. Karena wanita cenderung dianggap lemah dan tidak akan terlalu melawan.


B.        Metode Penelitian
ü Sistematika Penelitian
Sasaran penelitian ini adalah siswa “SMA Negeri 1 Watansoppeng” di tahun 2014. Penelitian ini lebih diutamakan kepada siswa kelas X (sepuluh) hal ini di karenakan tak banyak siswa kelas X yang memilih ekstrakuliuler karate sebagai ekstrakulikuler mereka, jadi kami ingin mengetahui penyebab dari kurang berminatnya mereka dibidang bela diri karate ini.
Penelitian ini dimulai dengan membuat angket untuk dibagikan ke siswa kelas X SMA Negeri 1 Watansoppeng. Angket yang kami buat berjumlah 50 lembar dan kami bagikan 5 lembar untuk satu kelas. Hal itu di karenakan jumlah kelas X di SMA Negeri 1 Watansoppeng sebanyak 10 kelas.
Selanjutnya angket-angket yang telah diisi oleh siswa kelas X SMA Negeri 1 Watansoppeng itu kami baca satu persatu kemudian kami simpulkan pernyataan-pernyataan yang telah dituliskan siswa kelas X di anget kami itu.








ü Analisis Data
Sesuai tujuan yang telah rumuskan diatas dan hasil pengisian angket yang telah di isi oleh siswa kelas X SMA Negeri 1 Watansoppeng, kami mendapatkan data sebagai berikut:
a.     Siswa yang takut akan bela diri karate:
1.     Siswa yang takut terhadap bela diri karate, sehingga tidak memilih bela diri karate seagai ekstrakulikuler berjumlah 21 orang.
2.     Siswa yang tidak takut terhadap bela diri karate, namun tidak memilih bela diri karate sebagai ekstrakulikuler mereka berjumlah 13 orang.
3.     Dan yang tidak memiliki alasan akan ketakutan terhadap karate berjumlah 3 orang.
b.     Pandangan siswa terhadap bela diri karate:
1.     Yang berpandangan positif akan bela diri karate berjumlah 34 orang.
2.     Yang berpandangan negatif akan bela diri karate berjumlah 4 orang.
Jadi, dari hasil analisis data kami dapat mengetahui angket yang kembali dan angket yang tidak kembali. Angket yang kembali berjumlah 38 angket, sedangkan angket yang terbagi berjumlah 50 angket, sedangkan angket yang tidak kembali berjumlah 12 angket.






C.          Hasil Penelitian
Dari hasil analisis data kami diatas dapat menjawab tujuan yang telah dirumuskan:
1.    Alasan siswa takut akan bela diri karate:
a.     Takut akan bantingan yang ada di dalam karate.
b.    Takut akan teriakan karateka yang lain.
c.     Takut dihukum senor apabila salah dalam melakukan gerakan atau tehnik.
d.    Takut akan cedera.
e.     Mereka berfikiran kalau karate adalah olahraga yang keras.
2.    alasan siswa tidak takut akan bela diri karate:
a.     Mereka tidak takut akan bela diri karate namun tidak memiliki cukup waktu untuk masuk pada ekstrakulikuler karate.
b.    Mereka tidak takut karena mereka anggap karate adalah bela diri yang mengandung seni.
3.    Pendapat siswa akan beladiri karate (positif):
a.     Ada yang berpendapat bahwa karate itu keren.
b.    Ada yang berpendapat kalau karate itu menarik.
c.     Ada yang berpendapat bahwa arate adalah ekstrakulikuler yang terbaik.
d.    Ada yang berpendapat bahawa karat itu santai, mengasikkan, menyenangkan, dan romantis.
e.     Ada yang berpendapat bahwa karate adalah ekstrakulikuler nomer satu di SMA Negeri 1 Watansoppeng dan harus di jadikan ekstrakulikuler wajib.
4. Pandamgan siswa akan bela diri karate (negatif):
a. Adanya pandangan bahwa dalam latihan karate harus disediakan tempat khusus bukan latihan di lapangan basket.
b. Adanya pandangan bahwa karate itu bela diri yang membosankan dan bikin capek.
1.   Alasan siswa tidak memilih karate sebagai ekstrakulikuler.
Seperti yang telah di sebutkan dari hasil penelitian dan hasil analisis data kami dapat menyimpulkan bahwa banyak siswa yang ingin masuk ekstrakulikuler karate namun mereka merasa takut akan semua ancaman yang ada didalam karate. Mereka takut akan cedera, takut akan di hukum, takut  akan bantingan, takut karena mereka menganggap karate itu keras, dan mereka juga kadang memiliki ekstrakulikuler lain, yang jadwalnya bertabrakan dengan ekstrakulikuler karate.
2.   Pandangan siswa terhadap karate.
ü Pandangan siswa terhadap bela diri karate secara umum.
Kami telah menyebutkan beberapa pandangan siswa terhadap karate. Kamipun dapat menyimpulkan hasil penelitian kami akan pandangan siswa terhadap karate. Pandangan siswa akan karate sangatlah bagus. Mereka ingin menjadika karate sebagai ekstrakulikuler wajib di SMA Negeri 1 Watansoppeng. Karena menurut mereka estrakulikuler karate merupakan ekstrakulikuler yang disiplin, bermanfaat, keren, dan dengan bela diri karate kita dapat menjaga diri kita sendiri.
ü  Pandangan siswa akan bela diri karate yang menggunakan bantingan dan senjata tajam
Dari hasil penelitian kami dapat mengetahui pandangan siswa terhadap bela diri katrate yang sering menggunakan bantingan dan senjata tajam. Sebagian besar siswa mengatakan hal itu biasa saja apabila seorang karateka sudah terlatih maka karateka tersebut leluasa akan menggunakan tehnik bantingan yang sesuai ajaran dojo dan aliran mereka. Banyak siswa yang terkagum-kagum akan karateka yang menggunakan senjata tajam dalam atraksi (kata’).
Namun adapula siswa yang berpandangan bahwa tehnik bantingan dan penggunaan senjata tajam sangat berbahaya apalagi kalau tehnik bantingan (kumite) dan penggunaan senjata tajam (kata’) itu di tonton oleh anak-anak maka mereka akan mengikuti apa yang dilakukan karateka tersebut.
3.   Partisipasi orang tua terhadap anak-anknya untuk memasuki ekstrakulikuler karate.
Orang tua banyak yang mendorong anak-anak mereka untuk memasuki ekstrakulikuler karate namun ada pula orang tua yang tidak ingin anaknya masuk dalam ekstrakulikuler karate. Orang tua takut akan terjadinya sesuatu kepada anaknya. Namun ada juga orang tua yang mendorong anaknya masuk dalam ekstrakulikuler karate namun anak mereka tidak ingin mengikuti ekstrakulikuler karate dengan berbagai alasan. Alasannya dapat meliputi, adanya ekstrakulikuler lain yang mereka ikuti, takut akan tendangan dan tinjuan, takut akan teriakan, dan masih banyak lagi alasan yang ditorehkan anak kepada orang tua.
Bab 3 PENUTUP
A.           Kesimpulan
Setelah kami mengadakan penelitian kami dapat meenarik kesimpulan sebagai berikut:
·        Alasan siswa tidak memilih karate sebagai ekstrakulikelur adalah karena siswa takut akan cedera apa bila melakukan tehnik. Namun, banyak siswa yang berminat untuk memilih karate sebagai ekstrakulikuler mereka tapi takut akan resiko yang ditimbulkan pada saat latihan.
·        Pandangan siswa tehadap karate.
o   Pandangan siswa secara umum tentang karate, karate menurut siswa adalah ekstrakulikuler yang harus ada di SMA Negeri 1 Watansoppeng atau ingin di jadikan ekstrakulikuler wajib karena karate merupaka ekstrakulikuler yang sangat bermanfaat, menarik, keren.
o   Pandangan siswa tehadap karateka yang sring menggunakan senjata tajam dan membanting lawan. Ada yang mengatakan hal itu wajar saja karena karateka sudah terlati untuk melakukan itu dan adapula yang menganggap hal itu adalah sebuah kekerasan.
·        Partisipasi orang tua kepada anak-anaknya untuk memasuki bela diri karate. Banyak orang tua yang mendorong anak-anaknya untuk memasuki ekstrakulikuler karate namun ada juga yang tidak ingin anak-ankanya memasuki ekstrakulikuler karate. Orang tua takut nanti anaknya mengalami cedera di saat latihan.


B.            Saran
Saran dari hasil penelitian:
Untuk para siswa yang ingin mengikuti ekstrakulikuler karate maka janganlah Anda takut untuk memilih karate karena karate itu tidak seperti yang Anda fikirkan. Karate memang keras namun dari unsur kekerasan itu terdapat unsur kelembutan. Dan untuk orang tua sebaiknya memberikan dorongan kepada anaknya untuk memilih karate sebagai ekstrakulikuler mereka karena karate memiliki banyak manfaat untuk anak-anak maupun remaja.












Daftar Pustaka
Amelia, Maya. “Wanita Bisa Bela Diri? Kenapa Nggak Sih?”, http://olahraga.kompasiana.com/sport/2013/03/21/wanita-bisa-bela-diri-kenapa-nggak-sih--544662.html, 21 Maret, 2013.
Haneda, Muliadi. “Makalah Karate”, http://muliadi-haneda.blogspot.com/2012/05/makalah-karate.html, 30 Mei, 2012.
Khomiarko, Maz. “Manfaat Berlatih Bela Diri”, http://serbabeladiri.blogspot.com/2013/08/manfaat-berlatih-beladiri.html, 4 November, 2013.